Citra Polri di Dunia Nyata Dinilai Lebih Baik Ketimbang Medsos

Citra Polri di Dunia Nyata Dinilai Lebih Baik Ketimbang Medsos

Jakarta - Citra Polri kerap dinilai negatif oleh masyarakat akhir-akhir ini. Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi mengatakan penilaian buruk terhadap Korps Bhayangkara hanya di media sosial (medsos). Sejatinya, berdasarkan angka dan fakta citra Polri masih baik.


"Penilaian negatif terhadap Polri lahir dari mereka yang berasumsi berdasarkan apa yang viral di medsos dan mayoritas yang viral itu adalah negatif. Sementara positifnya dikesampingkan. Padahal, dalam angka dan fakta, citra Polri jauh lebih baik dari di medsos. Akurat mana asumsi sebelah mata atau angka dan fakta?" Kata Haidar Alwi dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 Agustus 2024.


Haidar mengatakan citra Polri buruk di medsos karena yang diviralkan cenderung pada hal-hal negatif. Yakni berkaitan dengan ulah oknum maupun pernyataan pihak-pihak yang tidak puas usai kalah dalam perkara tertentu.


Sedangkan, kata dia, prestasi Polri tidak mendapatkan atensi atau diabaikan begitu saja. Hal itu, menurut Haidar terjadi karena masyarakat lebih suka melihat satu kekurangan dibanding seribu prestasi.


Dia menjelaskan dalam angka dan fakta, citra Polri di masyarakat semakin baik. Hal itu terlihat dari dua hasil survei Litbang Kompas belum lama ini. Menurutnya, Survei Litbang Kompas menunjukkan citra positif Polri naik sebesar 1,5 persen dalam kurun waktu enam bulan.


Dari 71,6 persen pada akhir 2023 menjadi 73,1 persen pada pertengahan 2024. Bahkan, Polri disebut menjadi salah satu lembaga negara dengan citra positif tertinggi setelah TNI. Polri mengungguli Kejaksaan, Mahkamah Agung, KPK, Mahkamah Konstitusi, DPR dan DPD RI.


"Ini membuktikan bahwa meski digoyang dan diserang dari manapun, Polri tetap bekerja dengan baik dan semakin dipercaya oleh masyarakat," ungkap Haidar.


Namun, Haidar menyadari ada saja serangan datang terhadap Polri. Serangan itu tidak hanya datang dari luar, seperti dari 'haters' dan pihak-pihak yang tidak puas karena kalah dalam kasus tertentu. Melainkan juga dari dalam institusi Polri itu sendiri. Menurutnya, serangan dari dalam ini jauh lebih berbahaya ketimbang serangan dari luar.


"Bukan ulah oknum nakal, bukan. Tapi saya menengarai ada upaya merusak citra Polri. Gegabahnya, upaya ini dilakukan secara terbuka. Tujuannya mengincar kursi Kapolri untuk menggantikan Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ini keliru karena menjadi duri dalam daging," ujar Haidar.


Maka itu, Haidar meminta Polri agar tetap solid, bersaing secara sehat dan menjaga nama baik institusi. Mengingat, tantangan yang dihadapi Polri saat ini maupun di masa depan akan semakin berat.


"Sulit untuk memenangkan pertarungan di luar jika pada saat yang bersamaan harus menghadapi pertarungan dari dalam," kata Haidar.


Di samping itu, masyarakat diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu dan narasi-narasi yang bernada negatif terkait Polri. Di mana tidak sedikit di antaranya diviralkan dengan maksud merusak citra Korps Bhayangkara.


"Penilaian yang sehat adalah penilaian yang bukan berdasarkan kebencian dan hanya dari satu sisi semata. Cek dulu dari dua sisi, positif dan negatif. Bandingkan dengan data dan fakta. Itu baru masyarakat modern yang cerdas," pungkas Haidar Alwi.